Langsung ke konten utama

"Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar dan Wanita Tidak Bisa Membaca Peta?"

Dari sejumlah pahlawan yang ada di Indonesia, pada tanggal 21 April kita akan menjadi lebih sering mendengarkan kisah "Kepahlawanan" Wanita dalam berbagai hal, misalnya keberhasilan Ibu Risma dalam memimpin Kota Surabaya, keberhasilan Ima Matul Maisaroh yang menjadi anggota Dewan Penasehat Presiden Obama, keberhasilan Merry Riana sebagai motivator internasional, dan sebagainya. Cerita keberhasilan ini kemudian akan merujuk pada pahlawan wanita Indonesia yaitu RA Kartini. Beliau dianggap pahlawan yang memperjuangkan hak wanita hingga untuk mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana yang didapatkan kaum pria.

Di era gadget telah menjadi alat yang efektif untuk membuat anak kecil berhenti menangis, perjuangan terhadap hak wanita diwujudkan dalam perjuangan mendapatkan persamaan gender. Tak mengherankkan sampai isu seksis ini merambah dunia politik dimana terdapat usulan untuk memberikan kuota jumlah anggota DPR dengan jenis kelamin wanita. Usulan ini diharapkan agar anggota DPR tidak hanya didominasi oleh kaum pria, tetapi juga harus memberikan ruang untuk keterwakilan politisi Wanita.

Pentingnya pembahasan kesetaraan hak yang tidak membedakan gender kemudian disadari oleh Allan Pease & Barbara Pease untuk menulis buku yang berjudul "Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar dan Wanita Tidak Bisa Membaca Peta". Dalam buku tersebut, penulis menyampaikan bahwa perbedaan bukanlah lawan dari kesetaraan. Kesetaraan berarti kita bebas memilih melakukan hal-hal yang ingin kita lakukan, dan perbedaan berarti bahwa, sebagai pria atau wanita, kita mungkin tidak mau melakukan hal yang sama. Pada zaman dahulu, struktur sosial telah membedakan peran pria dan wanita dalam bekeluarga. Misalnya pria akan keluar berburu sedangkan wanita akan mengurusi keluarga. Struktur seperti ini masih terjadi di beberapa komunitas masyarakat, misalnya sebagian besar masyarakat di Indonesia. Namun demikian, pembagian peran ini tidak menunjukkan bahwa peran yang satu lebih penting dibandingkan dengan peran yang lainnya. Pembagian peran seperti ini pada dasarnya bukan terbentuk dari doktrin sosial. Karena sebenarnya manusia lebih merupakan produk dari biologi kita ketimbang korban dari stereotip sosial yang ada dilingkungan kita. Namun demikian, saat ini, pembagian peran seperti itu mulai berangsur hilang dan saling mengisi peran dengan pasangan telah menjadi sesuatu yang sangat mungkin dilakukan.

Buku ini pada dasarnya membahas secara luas mengenai perbedaan pria dan wanita secara general sehingga pembaca dapat mengetahui informasi mengenai kelebihan dan kekurangan wanita dalam melihat permasalahan, pikiran, emosi, dan juga hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hidup berpasangan.

Sama dengan sebagian besar buku-buku sosial lainnya, akan terdapat indikator yang akan membantu mengkategorikan pembaca sesuai dengan pengkategorian pembahasan di dalamnya. Indikator di dalam buku ini adalah mengukur tingkat "Maskulinitas" dan "Femininitas" pembaca dan potensi konsekuensinya.

Selain itu, salah satu yang mungkin menjadi bagian favorit bagi para pria dalam membaca buku ini adalah mengenai pembahasan "Pria, Wanita, dan Seks". Mengapa kemungkinan besar pria suka dengan pembahasan ini sebenarnya juga turut dijelaskan alasannya. Hal ini menjadi logis ketika dilihat dari sudut pandang ilmiah. Pengetahuan ini secara tidak langsung membahas mengenai fenomena-fenomena sosial yang diantaranya seperti Poligami, "Tante Girang", dan lain-lain. Dengan mengetahui fakta dan data dari fenomena tersebut, pembaca bisa mulai menyusun strategi agar fenomena manusiawi ini bisa diatasi lebih dini dan tidak berdampak pada penyakit-penyakit sosial.

"Kesetaraan di antara pria dan wanita adalah isu moral atau politis; namun perbedaan hakiki di antara mereka adalah isu ilmiah". 

Secara umum, buku ini menegaskan kembali bahwa keberadaan kedua makhluk dengan spesies yang sama namun dunia yang berbeda bukan untuk menunjukkan siapa yang lebih hebat tapi lebih bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan akan banyaknya perbedaan yang tidak bisa disamakan sesuai keinginan pasangan. Pembaca harus belajar untuk mencari solusi apa yang bisa diselesaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap pasangan. Bagi setiap orang yang ingin meningkatkan social intelligence khususnya dalam menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis, maka buku ini bisa menambah daftar refrensi bacaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inside & Outside the Box

Apakah lu pernah jadi saksi atau pelaku dari suatu pemecahan masalah dengan cara berfikir baru dan berbeda dari pada umumnya? Apakah lu berfikir ini merupakan salah satu contoh pemikiran " Think Outside The Box" ? Jika lu menjawab pertanyaan kedua dengan "Ya", berarti kita teammate yang perlu membaca buku Inside The Box karya Drew Boyd & Jacob Goldenberg". Setelah gw membaca buku tersebut, sepertinya gw harus melakukan redefinisi tentang " Think Outside the Box ". Konsep Think Outside the Box sepertinya merupakan tagline dari aktivitas apapun yang akan mengarah pada bagaimana kita akan berfikir secara lebih kreatif. Pada buku ini, ia menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kreativitas, maka melatih berfikir Inside the Box dapat menjadi salah satu cara yang sangat efektif. Selain itu akan dijelaskan mengenai perbedaan antara Think Outside the Box dibandingkan Inside the Box. Dengan kombinasi penulis yang berasal dari background berbeda, akadem...

GE’s Jeff Immelt: The Voyage From MBA to CEO

Latar Belakang GE dirintis sejak tahun 1878 oleh Thomas Alva Edison yang dikagumi karena kejeniusannya sebagai penemu. Namun tak banyak yang mengetahui kepiawaiannya sebagai pionir di bidang usaha. Dengan menyelaraskan berbagai usaha untuk membawa suatu inovasi ke pasar, dia merintis jalur bagi GE sekarang. Saat ini, GE termasuk perusahaan yang memiliki diversivikasi bisnis dengan performa yang sangat gemilang sehingga perusahaan ini juga termasuk dalam the world’s leading diversified corporations. Sedangkan untuk jabatan di dalamnya, posisi CEO GE seringkali dianggap sebagai world’s most elite leadership position . Salah satu pemimpin tersukses yang dimiliki oleh GE adalah Jack Welch. Karena kesuksesan yang dimiliki, Pada tahun 1999 Jack Welch dinamakan sebagai “Manajer Abad ini” oleh majalah Fortune. Pada tahun 2000, Jack Welch mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO GE. Dengan pengunduran diri tersebut, maka diperlukan adanya CEO baru yang dapat memimpin GE dengan lebih...