Mulai Mengkritik...
Selain beralay-alay, gw juga suka mengkritik atau lebih tepatnya memgandingkan pemikiran sih. Akhir-akhir ini, orang sudah mulai menyoroti kinerja pemerintah menjelang 100 hari kepemimpinan Jokowi. Dari sudut pandang gw, ada beberapa hal yang menarik dari kepemimpinan ini.
Memasuki awal pelantikannya, Jokowi merupakan salah satu presiden yang mengemban ekspektasi yang tinggi dari rakyat. Selain dari tingkat elektabilitas yang tinggi disaat menjelang pemilihan presiden, hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat menyambut beliau ketika acara pelantikan presiden telah selesai dilaksanakan. Perjalanan jokowi dari Gedung MPR hingga ke kediamannya disambut meriah oleh rakyat yang turun ke jalan untuk menyambut Presiden RI yang ke 7 tersebut. Setelah hegemoni itu, sorotan terhadap kepimpinannya sebagai presiden telah dimulai.
Dari tahapan awal, sedikit gebrakan berani ditunjukkan olehnya dalam pembentukan kabinet. Proses "Verifikasi" nama calon menteri oleh KPK dan PPATK. Walaupun prosesnya agak sedikit memicu kontroversi, setidaknya this is one step that he use to make a good team. Namun, kepemimpinan beliau mulai diragukan dengan isu tarik ulur menteri yang terjadi karena pengaruh pimpinan partai, khususnya Megawati. Tak dapat dipungkiri, banyak orang termasuk gw masih berfikiran bahwa Jokowi masih belum bisa "melawan" tekanan ketua umum PDIP ini.
Setelah membentuk kabinet, kebijakan strategis pertama jokowi merupakan kebijakan yang sangat berat yaitu kebijakan menaikkan harga BBM. Kebijakan ini merupakan suatu paradoks bagi Jokowi dan Partainya yaitu PDIP. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa PDIP merupakan partai yang paling keras menentang kenaikan BBM pada rezim sebelumnya. PDIP mempunyai begitu banyak alasan termasuk solusi agar pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM. And the fact, when their person lead this country, they "as if" forget the solution they ever told before. Kondisi ini membuat gw semakin percaya bahwa Politik memiliki paradoks dalam beropini, "jangan melihat APA yang dikatakannya, tapi liat SIAPA yang mengatakannya".
Selain beralay-alay, gw juga suka mengkritik atau lebih tepatnya memgandingkan pemikiran sih. Akhir-akhir ini, orang sudah mulai menyoroti kinerja pemerintah menjelang 100 hari kepemimpinan Jokowi. Dari sudut pandang gw, ada beberapa hal yang menarik dari kepemimpinan ini.
Memasuki awal pelantikannya, Jokowi merupakan salah satu presiden yang mengemban ekspektasi yang tinggi dari rakyat. Selain dari tingkat elektabilitas yang tinggi disaat menjelang pemilihan presiden, hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat menyambut beliau ketika acara pelantikan presiden telah selesai dilaksanakan. Perjalanan jokowi dari Gedung MPR hingga ke kediamannya disambut meriah oleh rakyat yang turun ke jalan untuk menyambut Presiden RI yang ke 7 tersebut. Setelah hegemoni itu, sorotan terhadap kepimpinannya sebagai presiden telah dimulai.
Dari tahapan awal, sedikit gebrakan berani ditunjukkan olehnya dalam pembentukan kabinet. Proses "Verifikasi" nama calon menteri oleh KPK dan PPATK. Walaupun prosesnya agak sedikit memicu kontroversi, setidaknya this is one step that he use to make a good team. Namun, kepemimpinan beliau mulai diragukan dengan isu tarik ulur menteri yang terjadi karena pengaruh pimpinan partai, khususnya Megawati. Tak dapat dipungkiri, banyak orang termasuk gw masih berfikiran bahwa Jokowi masih belum bisa "melawan" tekanan ketua umum PDIP ini.
Setelah membentuk kabinet, kebijakan strategis pertama jokowi merupakan kebijakan yang sangat berat yaitu kebijakan menaikkan harga BBM. Kebijakan ini merupakan suatu paradoks bagi Jokowi dan Partainya yaitu PDIP. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa PDIP merupakan partai yang paling keras menentang kenaikan BBM pada rezim sebelumnya. PDIP mempunyai begitu banyak alasan termasuk solusi agar pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM. And the fact, when their person lead this country, they "as if" forget the solution they ever told before. Kondisi ini membuat gw semakin percaya bahwa Politik memiliki paradoks dalam beropini, "jangan melihat APA yang dikatakannya, tapi liat SIAPA yang mengatakannya".
Komentar
Posting Komentar
Test