Akhir-akhir ini, pentingnya passion pada diri seseorang menjadi topik yang cukup sering diperbincangkan, khususnya untuk kalangan yang masuk ke usia produktif. Pada dasarnya, passion merupakan minat seseorang terhadap suatu hal. Jika masih di bangku sekolah, mungkin kita lebih sering menyebutnya sebagai hobi. Pada kalangan usia produktif atau usia bekerja, pembahasan mengenai passion lebih sering mengarah pada pentingnya menjalankan pekerjaan yang sesuai dengan passion yang dimiliki.
Secara konsep sederhana, telah menjadi konsensus bahwa jika kita melaksanakan sesuatu yang sesuai dengan passion kita maka proses yang dilewati akan lebih menyenangkan dan output yang dihasilkan berpotensi lebih maksimal. Oleh karena itu, passion menjadi penting baik untuk seorang pekerja maupun untuk si pemberi kerja (Jika seorang pekerja bukan entrepreneur). Namun kenyataannya, apakah semua orang memiliki atau menyadari passion yang ia miliki? Berdasarkan survey kecil-kecilan, ternyata cukup banyak orang yang belum mengetahui passion sebenarnya yang ia miliki.
Pada dasarnya, salah satu cara paling mudah untuk mengetahui passion kita adalah dengan berdiskusi dengan seorang psikolog. Seorang psikolog memiliki beberapa jenis tools yang bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian kita. Kenyataannya, tidak semua orang dominan pada kepribadian tertentu. Contoh untuk tools DISC (Dominance, Influence, Steadiness, Compliance), tidak semua orang dominan pada salah satu dari 4 jenis kepribadian tersebut. Ada beberapa orang yang masuk secara berimbang ke dalam 3 jenis kepribadian tersebut sehingga jika dihubungkan dengan passion yang ia miliki, orang tersebut bisa saja memiliki banyak passion sehingga berdampak pada sulitnya ia mengenali passion mana yang benar-benar ia gemari.
Apakah kondisi ini merupakan sesuatu yang baik? Bisa ya bisa tidak.
Sisi positif dari tak adanya dominasi kepribadian pada aspek tertentu adalah semakin mudahnya kita menyukai sesuatu yang baru. Ketika dihadapkan pada dunia kerja, kita akan siap mendapatkan pekerjaan apapun itu. Ketika menjadi seorang enterpreneur, istilah yang sering muncul adalah "Palugada" atau "apa lu mau, gua ada". Selain dari sisi positif tersebut, kekurangan dari kondisi ini adalah seseorang akan kurang 1 hal dalam memotivasi dirinya dalam berkontribusi, yaitu kurangnya dorongan "rasa senang yang lebih" untuk berkontribusi lebih.
Bagaimana dengan si pemilik passion? Pemilik passion akan menemukan kendala dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion yang ia miliki. Tetapi jika ia telah menemukannya, orang tersebut bagaikan mobil yang memiliki mesin "Nos" untuk memberikan energi tambahan dalam bekerja. Untuk seorang enterpreneur, realisasi passion sekarang lebih sering diistilahkan menjadi "Passionpreneur".
Yang terpenting dari penjelasan di atas adalah bagaimana kita mengetahui kepribadian kita untuk kemudian kita maksimalkan dalam beraktivitas.
Tulisan mengenai tips-tips dalam bekerja jika kita tidak mengetahui passion masing-masing akan disampaikan pada tulisan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar
Test