Pagi ini saya membaca artikel
yang cukup menarik berkaitan dengan kondisi Indonesia di bawah kepemimpinan
Jokowi. Tak ingin mengulas isi artikel tersebut, tapi lebih tertarik dengan
salah satu pernyataan bahwa dalam waktu sekitar 7 bulan memimpin Indonesia,
kita terlalu awal untuk menilai kinerja seorang pemimpin. Apalagi jika menuntut
banyak, bahwa dalam waktu tersebut, Presiden seharusnya sudah menyelesaikan
banyak hal. Analogi yang menarik dari tersebut adalah ketika tuntutan kita atas
presiden sama dengan tuntutan kita kepada mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi
dalam waktu 3 hari. Sangat tergelitik mendengarkan analogi tersebut. Bagi yang
pernah mengerjakan skripsi, tentu (99%) akan bergeleng dengan tuntutan
tersebut. Sedangkan bagi yang belum pernah mengerjakannya, ada beberapa
kemungkinan respon yang diperlihatkan, bisa acuh tak acuh, bisa saja menganggap
itu mungkin saja bisa diselesaikan, atau bisa saja ada yang menyadari kalau itu
sangat sulit. Hal ini sama dengan tuntutan masyarakat atas presiden, mungkin
kita belum terlalu paham akar permasalahan yang ada di Negara ini sehingga
terlalu mudah untuk menyimpulkan sesuatu.
Jika kita telah mempelajari banyak hal, kita seharusnya dapat berfikir lebih bijak atas kondisi ini.
Jika kita telah mempelajari banyak hal, kita seharusnya dapat berfikir lebih bijak atas kondisi ini.
Di luar dari pemahaman atas
kondisi di atas, saya juga masih sangat menyetujui aksi demonstrasi dan
tuntutan dari berbagai pihak agar Pemimpin negeri ini untuk bekerja jauh lebih
giat dibandingkan saat ini serta memberikan hasil yang jauh lebih baik.
Tuntutan yang besar akan membuat seseorang tidak pernah puas dengan apa yang
telah dilakukan dan memaksa orang tersebut untuk berkontribusi lebih banyak
lagi. Jadi, seandainya presiden harus dituntut untuk menyelesaikan “skripsi”
dalam 3 hari, saya Pribadi masih setuju dengan target tersebut. Walaupun saya
mengetahui bahwa itu sangat sulit terealisasi.
Target yang kita bebankan kepada
pemimpin masih menyisakan sebuah pertanyaan, apakah kita bersedia juga untuk ditargetkan
seperti itu. Apakah kita bersedia untuk dituntut berkontribusi 200% dari
kemampuan maksimal yang kita miliki? Tidak menjadi persoalan di bidang apa kita
berada saat ini, namun jika kita semua berkontribusi 200% dari kemampuan
maksimal yang dimiliki, akan ada hubungan sebab akibat baik langsung maupun
tidak langsung yang muncul dari apa yang kita lakukan dan keuntungan apa yang
diperoleh negara.
Komentar
Posting Komentar
Test