Tanggal 2 mei telah menjadi Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Tanggal tersebut seharusnya bisa menjadi momentum melakukan evaluasi terhadap progress kemajuan sistem dan kondisi kecerdasan masyarakat di Indonesia. Jika melihat situasi saat ini, hal yang harus dilakukan untuk dunia pendidikan tidak cukup hanya membuat suatu kemajuan yang bersifat perlahan tapi pasti, namun harus berlari dengan konsisten.
Apa yang harus dilakukan untuk bisa berlari dan konsisten?
Dari ribuan aspek yang harus dibenahi, 2 hal yang sangat penting untuk diprioritaskan adalah visi dan teknologi. Dengan visi yang jelas dan jauh ke depan, kita akan semakin menyadari seberapa jauh kita tertinggal dan seberapa keras kita berlari untuk mengejar ketertinggalan itu. Kemudian, sejauh apapun dan dalam hal apapun visi kita bermimpi, kendaraan terbaik untuk mencapainya tentulah dengan teknologi. Dari 2 hal disampaikan di atas, tentu akan menghasilkan suatu pertanyaan lanjutan yaitu, siapa saja stakeholder yang harus memiliki hal itu? Jika direct consument dari dunia pendidikan adalah siswa, maka kita akan teringat dengan pepatah lama "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Seorang murid akan menjadikan seorang guru dalam role modelnya dalam bertindak. Oleh karena itu, stakeholder yang harus memiliki visi dan penguasaan teknologi yang baik harus berawal dari seorang guru.
Terdapat beberapa hal sederhana yang menjadi cerminan kondisi yang terjadi saat ini. Pada awal kehadiran Ahok tahun 2012 di birokrasi Pemerintah Provinsi, media sempat menyoroti Wakil Gubernur Jakarta ini memarahi staffnya yang saat itu bertindak sebagai seorang notulis. Beliau menyoroti proses kerjanya yang masih menggunakan catatan buku biasa dalam mencatat proses rapat tersebut. Ahok menganggap saat ini cara yang lebih efektif untuk melakukan pencatatan apapun adalah dengan menggunakan teknologi komputer. Selang beberapa waktu tersebut, saya menjalani masa pelatihan yang berkaitan dengan tulis menulis. Dalam pelatihan yang sempat menyinggung berita di atas, beberapa orang menganggap bahwa dalam hal melakukan pencatatan notulen, memang masih lebih mudah dan fleksibel dengan proses manual dibandingkan dengan menggunakan gadget. Menurut mereka, ada banyak hal yang lebih fleksibel dilakukan secara manual dan tidak dapat dilakukan oleh gadget. Menanggapi kondisi tersebut, secara pribadi saya tertarik untuk mengetahui hal-hal apa yang tidak bisa dilakukan oleh gadget saat ini. Untuk melakukan proses pencatatan, kita sudah memiliki Microsoft OneNote yang memiliki tingkat fleksibilitas dan fitur yang sangat komprehensif. Jikapun masih ada hal-hal yang belu terakomodir dalam fitur di dalamnya, namun saya yakin bahwa aplikasi ini memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan pencatatan secara manual.
Dari cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa kita saat ini masih terperangkap dengan cara-cara lama yang kita ketahui. Di luar lingkungan kita saat ini, sebenarnya akan selalu ada orang-orang yang terus berinovasi untuk mempermudah kita untuk mengganti cara-cara lama kita dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisin. Sebagai user, yang dibutuhkan hanya keinginan untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba cara baru yang telah disediakan oleh para developer.
Seperti yang telah disinggung diparagraf sebelumnya, bahwa stakeholder pendidikan yang pertama untuk mengintegrasikan visi dan teknologi yang baik adalah seorang guru. Potret demografi penduduk saat ini telah mengkategorikan masyarakat berdasarkan Generasi diantaranya Gen Y, Gen X dan Baby Boomers. Guru-guru saat ini lebih didominasi dengan Gen X dan Baby Boomers dibandingkan Gen Y. Di saat yang bersamaan, para siswa terlahir pada tahun-tahun yang membuat mereka tergolong dalam Gen Y. Dalam penguasaan teknologi, Gen Y secara umum justru lebih baik dibandingkan dengan generaasi sebelumnya. Kontrakdiksi kondisi saat ini dibandingkan dengan perlunya guru menjadi role model telah menjadi ironi yang harus disikapi dengan tepat.
Dalam pengimplementasian dan segala keterbatasannya, memang cukup sulit untuk dapat menjadikan guru selalu lebih di depan dalam hal penggunaan teknologi dibandingkan para siswanya. Namun yang menjadi isu penting adalah bagaimana seorang guru harus berusaha semampunya untuk mengikuti pesatnya kemajuan teknologi dan menjadi trigger bagi siswanya untuk bisa lebih baik lagi dalam hal teknologi tersebut. Isu ini dianggap penting karena pada dasarnya hal ini memberikan makna yang penting khususnya dalam menjadikan guru sebagai role model, diantaranya (1) guru semakin menanamkan makna pentingnya selalu menguasai teknologi, (2) guru mengajarkan tidak ada kata terlambat dan terlalu tua untuk meningkatkan kemampuan diri, dan (3) guru mengajarkan agar tidak pernah terhenti pada zona nyaman saat ini.
Komentar
Posting Komentar
Test