Liburan telah berakhir, sungguh sangat menyedihkan jika harus berpisah dengan keluarga dan sahabat yang ada di nunukan. Kemungkinan besar, menghabiskan waktu bersama akan dilakukan lagi saat memasuki lebaran tahun depan. Setelah lebaran ini, gw mulai dari nol lagi untuk mulai melakukan perencanaan untuk 1 tahun kedepan.
Kembali ke Jakarta sama dengan kembali ke realita sebenarnya. Tugas dan disposisi sudah mengantri di atas meja untuk dikerjakan. Hari pertama kerja esok hari, tentu masih terasa jet lag. Selain itu, aktivitas rutin lainnya yang harus dilakukan adalah berkaitan dengan proses perkuliahan. Meskipun saat ini masih dalam masa liburan semester, namun agar cita-cita wisuda akhir bulan 8 dapat terealisasi, pengerjaan thesis diupayakan sedini mungkin.
Target penyelesaian thesis on time akan diiringi dengan rencana mencari beasiswa untuk melanjutkan studi berikutnya. Agar bisa mendapatkan beasiswa yang diinginkan, banyak hal yang harus dipersiapkan dengan baik, khususnya GMAT dan kemampuan bahasa inggris gw sendiri. Maklum saja, berdasarkan hasil test bahasa inggris tahun lalu, PR untuk ngembangin diri masih sangat besar.
Dari sisi finansial, trend konsumtif saat lebaran menjadikan gw salah satu korban mainstreimisme menipisnya kantong dan dompet. Saat mampir makan siang beberapa menit yang lalu, salah satu acara televisi menyiarkan talkshow tips-tips menghadapi krisis finansial keluarga pasca lebaran. Tips ini lumayan membantu gw untuk menghadapi kerasnya kehidupan bulan ini. He3.
Untuk masalah perjodohan, hati ini masih terlalu pengecut untuk berani berkomitmen. Sesuai dengan rencana awal untuk menikah di tahun 2017, jeda 2 tahun ini menjadi penyebab utama kenapa gw merasa takut. Jeda tersebut terasa terlalu lama. Sejak beberapa tahun yang lalu, gw memang sudah mencoba mengambil sikap untuk memilih langsung menikah dibandingkan pacaran dulu. Bukan masa pacarannya yang ditakutkan, tapi masa ketika berakhirnya suatu hubungan. Ceilleee... (Tidak patut ditiru, karena lebih melihat resiko dibandingkan peluang. He3). Untuk menikah, prinsip gw adalah permantap masa pdkt, lalu temui orang tuanya. Tapi rencana tetaplah rencana, rencana tuhan lah yang tetap paling mantap. Berdasarkan track record pribadi gw, karakter inkonsisten mungkin saja membuat apa yang gw rencanain berbeda dengan realisasinya.
Komentar
Posting Komentar
Test