Mencoba beralih dari sedihnya merayakan Idul Adha sendirian di kota orang, hingga umur ke 25, gw baru menyadari gw belum pernah ikut menyumbangkan sebagian yang dimiliki untuk berqurban. Alasan logis yang bisa digunakan untuk berlindung dibalik absennya gw dalam berqurban adalah karena gw baru 3 tahun bekerja dan bisa ngasilin duit sendiri. Untuk tahun depan, InsyaAllah gw akan ikut patungan untuk membeli sapi qurban.
Di kampung gw, lebaran idul adha hampir sama ramainya dengan lebaran idul fitri. Menunaikan sholat ied, menyaksikan pemotongan hewan qurban, berkumpul bersama keluarga, ramah tamah ke rumah tetangga, dan lain-lain.
Di sebagian kota lainnya termasuk kota tempat gw berada saat ini, bagi orang-orang yang tidak ikut berqurban, orang-orang cenderung melakukan aktivitas seperti biasanya setelah menyelesaikan sholat ied. Hampir tidak terlalu banyak sesuatu yang berbeda. Perbedaan ini yang membuat gw kembali kangen dengan kampung halaman sendiri.
Untuk besok, gw rencanya akan sholat ied di Masjid Istiqlal. Sambil mengingat ramainya orang yang berdatangan sejak jam 4 subuh ke masjid tersebut, gw harus berangkat lebih awal dari kosan gw di slipi. Tapi tantangan yang lebih berat adalah, gw harus menjemput dulu teman gw yang sedang pelatihan di tangerang sebelum sama-sama berangkat sholat. Mungkin teman gw asal samarinda ini gak menyadari kali jarak yang harus gw tempuh dengan rute slipi - tangerang - masjid istiqlal. So, jam setengah 4 harus sudah start dari kosan. *Tarik napas dalam-dalam.
Komentar
Posting Komentar
Test