Langsung ke konten utama

Kerja Tuntas

Kalo lu ngeliat desktop gw di kantor sekarang, maka akan terbaca 11 arahan direksi (bahasa kasarnya adalah perintah) untuk para "kacung"nya. Salah satu arahan tersebut adalah mengenai Pantang pulang sebelum tuntas. Alhasil, jadilah kami para kacung-kacung semakin memperpanjang jam lembur meskipun lampu gedung sudah dimatikan oleh petugas Building Maintenance.

Artikel ini gak ngelanjutin curcolnya gw dan teman-teman soal lembur yang membabi buta ini, tapi akan membahas tentang kerja tuntas.

Dalam melakukan hal apapun, pasti akan berhubungan dengan "memulai" dan "menyelesaikan". Pendapat sesepuh adalah "Memulai" sama dengan menyelesaikan 50% pekerjaan. Setuju! Kalo sudah mulai, pokoke lumayan ringan lah beban berikutnya. Tugas selanjutnya adalah "Menyelesaikan".

Gak sedikit dari kita tidak berhasil menyelesaikan apa yang telah kita mulai. Dalam kondisi seperti itu, rasanya sayang sekali ketika pengorbanan yang telah kita lakukan tidak memberikan hasil yang seharusnya karena kegagalan menyelesaikan proses tersebut (Abaikan dulu prinsip semua ada hikmahnya).

Di kehidupan kampus, quote dosen gw diselah pengajarannya "Thesis yang baik adalah thesis yang berhasil diselesaikan". Maklum saja, si dosen ini cukup trauma jika memperhatikan tingginya "mortality  rate" mahasiswa saat mengerjakan thesis.

Selain softskill komitmen, dll, menurut gw, agar kita bisa menyelesaikan semua tugas yang diberikan, maka beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah:

1. Membuat timeline
Mulailah lakukan sesuatu dengan rencana penyelesaian yang digambarkan pada timeline. Sebaiknya buatlah timeline penyelesaian 80% dari waktu yang disediakan. 20% yang tersisa digunakan untuk mengakomodir segala sesuatu yang berada diluar perkiraan.

2. Memperkirakan bobot kualitas pekerjaan
Setelah timeline pekerjaan dibuat, maka selanjutnya kita harus bisa memperkirakan seberapa besar bobot kualitas yang akan kita kerjakan berdasarkan batasan sub waktu yang disediakan. Misalnya, jika dengan tanpa batasan waktu kita memiliki kemampuan mengerjakan sesuatu dengan kualitas 100, maka kita harus bisa memperkirakan kualitas maksimal yang kita targetkan saat diberikan waktu hanya 15 menit. Dengan demikian, saat proses mengerjakan aktivitas tersebut, kita tidak terhanyut dengan keinginan untuk lebih baik dan lebih baik lagi kualitasnya sampai lupa dengan batasan waktu yang diberikan.

3. Menjalankan butir 1 dan 2
Dengan rencana yang dibuat pada butir 1 dan 2, kita harus bisa konsisten menjalankan rencana tersebut. Saat mengerjakan, seringkali sesuatu tidak sesuai dengan rencana. Yang perlu kita lakukan adalah tetap keep moving sesuai timeline. Misalnya, saat berada pada tahap 1, target bobot kualitas yang kita kerjakan adalah 20, jika pada kenyataannya saat akhir tahap 1 kerjaan kita baru mencapai  kualitas 10, maka sebaiknya kita tetap melanjutkan pada tahap 2 sesuai dengan timeline yang kita buat. Setelah semua tahapan selesai, kita bisa menggunakan 20% alokasi waktu yang dibuat pada butir 1 untuk memilih prioritas penyempurnaan secara keseluruhan.

Dengan mengerjakan hal di atas, seharusnya tugas apapun bisa selesai. Apakah output dari tugas yang diselesaikan tersebut pasti akan bagus? Belum tentu. Tapi setidaknya itu adalah output terbaik yang bisa kita berikan dengan keterbatasan waktu yang kita miliki, dan sekali lagi, pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang berhasil diselesaikan. He3. Secepat apapun kita lari di lintasan, kalau gak bisa finish, apa gunanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inside & Outside the Box

Apakah lu pernah jadi saksi atau pelaku dari suatu pemecahan masalah dengan cara berfikir baru dan berbeda dari pada umumnya? Apakah lu berfikir ini merupakan salah satu contoh pemikiran " Think Outside The Box" ? Jika lu menjawab pertanyaan kedua dengan "Ya", berarti kita teammate yang perlu membaca buku Inside The Box karya Drew Boyd & Jacob Goldenberg". Setelah gw membaca buku tersebut, sepertinya gw harus melakukan redefinisi tentang " Think Outside the Box ". Konsep Think Outside the Box sepertinya merupakan tagline dari aktivitas apapun yang akan mengarah pada bagaimana kita akan berfikir secara lebih kreatif. Pada buku ini, ia menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kreativitas, maka melatih berfikir Inside the Box dapat menjadi salah satu cara yang sangat efektif. Selain itu akan dijelaskan mengenai perbedaan antara Think Outside the Box dibandingkan Inside the Box. Dengan kombinasi penulis yang berasal dari background berbeda, akadem...

"Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar dan Wanita Tidak Bisa Membaca Peta?"

Dari sejumlah pahlawan yang ada di Indonesia, pada tanggal 21 April kita akan menjadi lebih sering mendengarkan kisah "Kepahlawanan" Wanita dalam berbagai hal, misalnya keberhasilan Ibu Risma dalam memimpin Kota Surabaya, keberhasilan Ima Matul Maisaroh yang menjadi anggota Dewan Penasehat Presiden Obama, keberhasilan Merry Riana sebagai motivator internasional, dan sebagainya. Cerita keberhasilan ini kemudian akan merujuk pada pahlawan wanita Indonesia yaitu RA Kartini. Beliau dianggap pahlawan yang memperjuangkan hak wanita hingga untuk mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana yang didapatkan kaum pria. Di era gadget telah menjadi alat yang efektif untuk membuat anak kecil berhenti menangis, perjuangan terhadap hak wanita diwujudkan dalam perjuangan mendapatkan persamaan gender. Tak mengherankkan sampai isu seksis ini merambah dunia politik dimana terdapat usulan untuk memberikan kuota jumlah anggota DPR dengan jenis kelamin wanita. Usulan ini diharapkan agar angg...

GE’s Jeff Immelt: The Voyage From MBA to CEO

Latar Belakang GE dirintis sejak tahun 1878 oleh Thomas Alva Edison yang dikagumi karena kejeniusannya sebagai penemu. Namun tak banyak yang mengetahui kepiawaiannya sebagai pionir di bidang usaha. Dengan menyelaraskan berbagai usaha untuk membawa suatu inovasi ke pasar, dia merintis jalur bagi GE sekarang. Saat ini, GE termasuk perusahaan yang memiliki diversivikasi bisnis dengan performa yang sangat gemilang sehingga perusahaan ini juga termasuk dalam the world’s leading diversified corporations. Sedangkan untuk jabatan di dalamnya, posisi CEO GE seringkali dianggap sebagai world’s most elite leadership position . Salah satu pemimpin tersukses yang dimiliki oleh GE adalah Jack Welch. Karena kesuksesan yang dimiliki, Pada tahun 1999 Jack Welch dinamakan sebagai “Manajer Abad ini” oleh majalah Fortune. Pada tahun 2000, Jack Welch mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO GE. Dengan pengunduran diri tersebut, maka diperlukan adanya CEO baru yang dapat memimpin GE dengan lebih...