Jika mengetik title di atas pada kotak ajaib nyata nya Larry Page dan Sergey Brin (Doraemon Nyata) maka semua search engine optimezer (SEO) yang ada akan mengarah pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan acara On The Spot nya Trans7. Sebenarnya istilah OTS (On The Spot) sih familiar juga dengan perbankan, yaitu aktivitaas orang kredit saat mendatangi debitur. Tapi pada tulisan ini On The Spot yang dimaksud bukan OTSnya orang bank yang pengen mastiin bahwa uang mereka tidak dipake aneh-aneh (baca: nikah lagi) oleh debitur, tapi pengen ngebahas tentang On The Spotnya Trans7.
Sebelum Barney dan Porter perlu berdebat mana yang lebih penting antara Resources Based View (RBV) atau Market Based View (MBV), mereka sekarang harusnya datang ke Indonesia untuk ngeliatin fenomena On The Spot ini. Mungkin dalam dunia strategi, mereka mungkin bisa jalan sambil mengangkat sedikit dagunya untuk menyombongkan teori mereka masing-masing yang telah menjadi 2 mahzab terbesar dalam dunia manajemen. Tapi pada case On The Spot, teori-teori yang dibangun dan telah dijadikan acuan ribuan jurnal ini hanya menjadi outlier yang harus diabaikan meskipun mereka belum tau alasan mengabaikannya.
Pada RBV, ia selalu dengan yakinnya bahwa perusahaan yang bisa membangun competitive advantage adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki Kapabilitas dan Kompetensi yang VRIN, Valuable, Rare, Inimitable, dan Non-Substitutable. But, let's see! Dari 4 unsur tersebut, kayaknya gw cuma sepakat sama valuablenya nya doang yang kepake di On The Spot. Dari segala bentuk ke"latah"an Indonesia, gw paling senang waktu banyak acara-acara tv ikut berbondong-bondong niru-niruin acara On The Spot. Acara-acara dengan berbasis pengetahuan akhirnya beberapa kali bisa berhasil menikung acara-acara super penting seperti sinetron-sinetronan pada jam-jam dengan rating tinggi. Lumayanlah untuk mendidik generasi anak bangsa ini melihat masa depan bahwa penduduk dewasa Indonesia bukan hanya dipenuhi oleh licik-licikannya ibu tiri (kayak di sinetron) tapi juga pengetahuan masyarakat cerdas yang bisa membangun negara hebat. Lupakan sinetron, balik ke RBV nya Barney.
Pada kriteria Rare, apakah bahan baku yang digunakan untuk membuat acara serupa dengan On The Spot bersifat langka. Exactly NOOOTTT!!! (Agak Lebay). Di dunia yang sudah cukup didominasi oleh Gen Y, semua bisa mendapat bahan baku ini di Youtube, for free, kecuali biaya paketan internet masing-masing. Kemudian untuk kriteria Inimitable, sudah pasti acara ini gampang ditiru. Bagi yang berminat acara serupa, modal yang lu butuhin, cuma pc untuk download video, kemampuan ngegoogling, dan alat perekam yang bisa ngerekam suara lu sendiri sebagai backsoundnya. Gimana dengan Non-Substitutable? Tetap aja acara ini bisa diganti dan disubstitusikan, malah lebih bagus dan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Ada laptop si Unyil, dan lain-lain.
Masuk ke mahzab ke dua, MBV nya Porter. Teori Diamondnya yang terdiri atas, supplier, buyer, substitute, dan New Entrants, ini nasibnya bakal serupa juga dengan RBV. Dalam MBV, konsep utamanya (termasuk yang kurang gw suka) adalah konsep bargaining position yang kita miliki terhadap 4 aspek di atas, semakin kuat bargaining position kita, semakin competitive juga lah kita. Tapi, apa sebenarnya makna memiliki bargaining position yang lebih kuat, bahasa gampang dan ekstremnya adalah kemampuan kita menindas supplier, pembeli, barang pengganti, dan pendatang baru.
Bagaimana dengan MBV pada OTS? Pertama, apakah On The Spot punya bargaining position terhadap Larry Page dan Sergey Brin sebagai pemilik Google dan Youtube? Mau ditindas balik kali dianya. Bagaimana dengan supplier yang lain, Si Anak Singkong alias si pemilik trans7? Sama juga. OTS gak bakal punya bargaining position ke mereka. Pada aspek ke dua, Pembeli. Apakah kita semua rugi jika tidak ada acara On The Spot? Yang ada Production House nya sinetron-sinetron malah kesenangan karena penontonnya akan beralih ke acara sinetron lagi. Untuk aspek yang ketiga, sudah dibahas sih di RBV, sebenarnya masih banyak barang-barang pengganti yang bisa menggantikan acara On The Spot. Dan terakhir, apakah bakal banyak pendatang baru yang bisa masuk untuk mengikuti acara serupa?
Pertanyaan terakhir akan menjadi kesimpulan pada artikel ini. Dari sekian banyak kemudahan untuk menjiplak acara ini, terbukti itu mampu memunculkan banyak pesaing baru bagi On The Spot. Tapi fenomena itu juga lah yang menjadi anomali dari RBV dan MBV. Setelah ditayangkan beberapa tahun, dia sebagai inisiator tetap bisa bertahan sementara semua competitornya sudah berjatuhan. Apakah ini sudah cukup menjadi bukti On The Spot memang Acara dengan Sustainable Competitive Advantage terbaik meskipun tak cukup penjelasan apa yang ia miliki hingga bisa seperti itu.
Komentar
Posting Komentar
Test